Pukul 16:00 bel tanda jam kerja telah habis berbunyi, bergegas aku mempersiapkan diri untuk pulang. Setelah selesai melakukan shalat temanku menemukan ide dadakan yaitu makan mie di tempat favorite kami dan jalan jalan sore melihat suasana
Perjalanan dimulai dari jalan salah satu jalan di sebelah timur yang terkenal padat di jam jam tertentu seperti berangkat kerja atau sekolah dan jam pulang kerja atau siang pada saat pulang sekolah.
Rupanya sudah lama juga aku tidak begitu mengamati daerah ini, maklum jam kerja yg terkadang padat membuatku malas pergi kemana-manaSekarang tempat yg terkenal macet luar biasa berubah menjadi teratur. Jalanan yg biasanya padat merayap hanya sesekali melambat karrena beberapa angkot nampak lewat, rupanya setelah disadari penyebab keterarturan ini adalah jalan layang yang sudah membagi jalur angkutan umum dan kendaraan pribadi yg melewati jalan ini.
Angkutan umum wajib melewati jalan dibawah jalan layang sehingga aku yg menggunakan kendaraan pribadi dapat langsung melewati jalan layang yg relatif tidak padat.
Daerah ini terdiri dari orang-orang dari lingkungan bawah, penjual kali
Mengikuti jalan terus kearah utara tampak pemukiman yang jauh lebih teratur, bangunan nya pun masih model jaman baheula. Meskipun kebanyakan rumah sudah beralih fungsi menjadi tempat usaha namun tetap terlihat apik dalam susunan rumah yg berjajar teratur di sepanjang jalan ini.
Tempat usaha yang didirikan pun nampak bukan usaha dari kalangan menengah ke bawah melainkan menengah ke atas. Hal itu terlihat dari bentuk atau design bangunan yg dijadikan tempat usaha memang dibangun menggunakan jasa professional. Identitas usaha juga dibuat sedemikian rupa sehingga nampak lebih berkesan apik dibanding jenis usaha yg berada di jalan yg sudah kulewati tadi.
Kami terus membawa kendaraan kami menuju ke daerah utara. Kesan pertama sangat terpesona. Karena rumah yg berada di lingkungan ini sangat jauh berbeda dg yang sudah kami lewati tadi.. Mungkin yg tinggal di sini memang sudah keturunan dari
Penghuninya tampak nyaman tinggal di rumah yg rata-rata bangunan jaman baheula, . atap rumahnya memiliki kemiringan 45 derajat dan ada yg tidak menggunakan genteng alias menggunakan bahan semacam rumbia tetapi sudah dalam bentuk seperti genteng yg bias disusun rapi.Menggunakan atap dg kemiringan 45 derajat seperti itu konon anti bocor tidak seperti atap yg sekarang sering kita lihat di perumahan yg baru dibangun kemiringan atapnya tidak 45 derajat sehingga jangan heran bila saat ini atap bocor itu mah…biasa. Padahal kalo dulu atap bocor itu mah…luar biasa.
Aku membayangkan bagaimana
Didaerah ini kebanyakan usaha kelas atas, ada café anak gaul yg sangat kaya dan banyak factory outlet yg mulai menjamur di
Dan mengapa lingkungan sekitar daerah ini tdk nampak padat penduduk juga?Mungkin, karena mereka berpendidikan tinggi yg sangat sadar kualitas hidup sehingga rata rata jumlah keluarga mereka hanya sedikit tidak seperti di daerah yg sdh sulit tetapi tetap saja beranak pinak.
Akhirnya perjalanan kami teruskan kearah utara dataran tinggi, daerahnya yg tinggi memungkinkan kita melihat pemandangan
Didaerah ini banyak ditemukan café-café gaul yg selalu menjadi tempat favorit anak muda yg sedang kasmaran.
Masing-masing café memiliki ciri khas sendiri.
Semakin ke utara kami bawa kendaraan kearah salah satu resor yang ada di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan pesan untukkoe..